PERKEMBANGAN
MEDIA AUDIO VISUAL
Perkembangan
Munculnya radio ternyata mengilhami terciptanya media yang lebih kompleks.
Yaitu dengan menggabungkan gambar dan suara yang kemudian disebut film. Awalnya
masih diputar di bioskop berupa film bisu hingga bersuara. Sampai akhirnya
tercipta televisi, beserta alat-alat perekam (camera), pemutar (CD/VCD/DVD
Player) dan penyimpannya (VHS/CD) dari film dan musik (gambar dan suara).
1. Perkembangan
Media Audio/Radio
Teknologi rekaman accuistic pertama dikembangkan
pada tahun 1877 oleh Thomas Edison. Dia memproduksi suku cadang “phonogrph”
yang memainkan kembali ritme lagu “Mary Had a Little Lamb” dari rotasi
silinder. Tahun 1882 Emilie Berliner menciptakan gramophon, yang menggunakan
flat-disk yang disebut “rekam” (record) termasuk silinder. Edison dan Berliner
berlomba pada industri rekaman.
Guglielmo Marconi, seorang pemuda Italia penerima
nobel, sukses mengkreasikan Wirelles telegraph menggunakan gelombang radio
untuk menyampaikan pesan dalam sandi menggunakan ledakan panjang dan pendek
pada gangguan radio. Teknik ini menggunakan praktis awal menggunakan radio,
sebuah langkah utama dalam mengembangkan radio. Pada tahun 1890, Marconi
mencoba mempromosikan untuk menggunakan telegrap untuk bisnis dan militer pada
penduduk asli Italia, tetapi pemerintah negaranya tidak tertarik. Marconi lebih
sukses di Inggris, di sini Marconi mendapat pengakuan pada tahun 1896 dan di US
pada tahun 1904, bakat bisnisnya mendominasi pemakaian pertama radio telegraph
untuk dua cara berkomunikasi di tempat Marconi bekerja. Jenis radio ini pertama
digunakan untuk mengkordinasikan pelayaran samudra antara negara-negara. Dimana
kawat telegraph betul-betul tidak sampai. Perusahaan Telegraph Marconi
mendirikan stasion radio, untuk menerima dan mengirimkan kembali signal
telegrap samudra dari pelayaran atau perkapalan. Perusahaannya juga
menghasilkan dan mengoperasikan peralatan untuk mengirim dan menerima pesan
radio telegrap. Tahun 1913, Marconi mendominasi radio di Eropa dan United
State.
Perkembangan yang menerima kesuksesan radio dengan
audiens berkembang pada radio FM pada tahun 1960. FM memiliki ketelitian
rekaman suara yang tinggi, tetapi secara esensial hanya dalam pemancar radio.
Rekaman FM dan 331/3 rpm dipindahkan ke dalam suara stereo (dua bagian
mengkoordinasikan saluran musik pada tahun 1960. Lagu-lagu panjang dimainkan,
dengan mulai mempengaruhi jenis-jenis lagu yang direkam. Tetapi pertengahan
sampai akhir 1960 banyak kelompok-kelompok musik populer merekam lagu-lagu yang
lebih panjang dari pada typikal single sepanjang 2-3 menit. Kadang-kadang
lagu-lagu itu diselipkan pada rekaman 45 rpm, tetapi sebagian besar penggemar
kelompok mulai membeli album yang berisikan lagu-lagu hits.
Hak cipta musik, syndicat talk show dan intellectual
property lainnya menjadi topik utama baik radio maupun rekaman. Ketika
artis-artis merekam musik yang ditulis oleh seseorang, baik untuk menjual
langsung sebagai rekaman atau siaran radio, mereka mendapatkan ijin dan
membayar royalti, biaya bagi penulis-penulis yang menggunakan intellectual
property. Distribusi musik atas internet memunculkan kesulitan hak cipta dan
masalah intellectual property. Sebenarnya rekaman digital yang sempurna
ditransmisikan ke internet, tape-digital, disc or CD yang dapat merekam. Mencari
solusi untuk mencegah peng-copan dan transmisi illegal, sementara memungkinkan
menjual musik secara legal melalui internet. Aturan hak cipta memerlukan
pembayaran hak cipta oleh artis, termasuk pemutaran rekaman pada radio. Dua
kelompok lisensi musik dunia The American Sociaty of Composer, Author, anf
Publisher (ASCAP) dan Broadcast Music Incorporated (BMI) sebagai perantara
antara rekaman artis dan stasion-stasion radio. Stasion-stasion memperoleh
lisensi musik yang didengarkan oleh kelompok lisensi musik dalam keuntungan
biaya. Biasanya pendapatan stasion-stasion besar satu sampai dua persen. ASCAP
atau BMI membayar hak cipta, menurut frekuensi lagu yang diputar.
2. Perkembangan
Televisi/ Video
A. Televisi
Saat
radio tengah berkembang sebagai media penyiaran utama di akhir tahun 1920-an
dan film-film tengah dicoba dengan diperbincangkan, beberapa orang mulai
memikirkan tentang bagaimana radio dan gambar jika disatukan. Para pemirsa
menyukai film-film bergambar sama seperti mereka menyukai radio pada tahun 1920-1940.
Muncul ide untuk menggabungkan keduanya.
Pada
tahun 1920 dan 1930 teknologi televisi berkembang tahap demi tahap. Dan pada
dekade selanjutnya, siaran televisi diputar di seluruh dunia. Penyiaran pertama
di Inggris tahun 1935. Di Amerika pertama kali menyiarkan pertandingan base
ball Columbia melawan Yale tahun 1939.
B. TV
Kabel
Akhir
tahun 1970 dan awal tahun 1980, industri film memulai meningkatkan keuntungan
pada TV kabel dan sewaan videotape sebagai distribusi saluran baru. TV kabel
sebagai sumber alternatif jaringan televisi, terutama untuk memperluas layanan
oleh Home Box Office (HBO) tahun 1975. Saluran-saluran seperti HBO secara
eksklusif banyak pada isi film yang akan datang. Satelit baru didasarkan
Superstation kabel WGN dan WTASWOR, menggunakan film-film tua
C. VCRS
Videocassete
recorders (VCRS) meluas di rumah-rumah orang Amerika pada tahun 1980.
Menggunakan VCRS sangat cepat. Orang menggunakan VCRS untuk merekam dan memutar
pertunjukkan-pertunjukkan favorit di televisi beberapa film yang disewakan dari
toko-toko video.
Bisnis penyewaan video dimulai dengan toko-toko
penyewaan kecil yang tidak bergantung pada apapun, yang membeli stok video dari
distributor. Akhirnya dikonsolidasikan secara meyakinkan dengan beberapa
supermarket dan toko-toko lain yang menyewakan video, dan dengan penyewaan
video yang meluas, seperti Blockbuster dan Hollywood video, memberikan banyak
peluang bisnis.
Umumnya, industri film mulai memproduksi yang
difokuskan pada kedekatan audiens. Setelah “massa” audiens berpindah ke TV,
film mempunyai tujuan pada kelompok yang lebih spesifik. Untuk distribusi
pertunjukkan pertama film bioskop, kebanyakan target film-film itu ditinggalkan
khusus pada audiens, yang berumur 18-25 tahun yang masih keluar untuk ke
bioskop.
Tentu, sebagaimana kita ketahui, sejarah film itu
tidak berakhir dengan George Lucas. Akhir tahun 1990, industri film
ditransformasikan oleh teknologi baru dan kekuatan pasar. Home video memiliki
tenaga penggerak dengan pajak dari toko yang menyewakan video dan penjualan langsung
video (terkenal sebagai sell through) melebihi penerimaan box office dua ke
satu. Penyewaan video yang besar meminta pergantian keuntungan dari pembuat
film. Biaya memproduksi film-film utama, sebagai produser berlomba melakukan
yang lainnya dengan pengaruh khusus computer, dengan perkembangan biaya yang
besar diharapakan audiens besar pula. Film membuat studio utama mulai bereaksi
terhadap aliran-aliran (ad. Pengetahuan tentang fiksi, aksi petualangan) yang
dapat “diterjemahkan” antar budaya. Tetapi diluar itu studio-studio utama, itu
merupakan kebangkitan kembali kebebasan pembuatan film, sebagai teknologi
komputer biaya “small film” dan menawarkan prospek pembuatan film terlepas dari
tekanan keuangan.
Umumnya audiens film tidak lama menonton di rumah.
Film merupakan tontonan utama pada televisi, kabel, atau video. Rata-rata
jumlah waktu yang digunakan menonton film pada video telah berkembang dalam
dekade akhir ini. Lebih 4/5 orang Amerika memiliki VCR di rumah. Lebih 3/5
orang Amerika menyewa video tape. Orang dewasa muda, khususnya keluarga usia
muda, yang menyewa film yang berperan jahat, dan video anak-anak yang
aliran/gayanya sangat populer. Rata-rata ibu rumah tangga mengeluarkan lebih
$170 pertahun untuk menyewa dan membeli video caset. Menonton film di teater
sekarang disenangi orang yang berumur antara 15 sampai 24, 1/3 yang ke bioskop
paling kurang sekali sebulan, dibandingkan 1/5 dari semua orang dewasa.
Meskipun proporsi orang dewasa muda lebih kecil yang menghadiri bioskop pada
tahun sebelumnya, jumlah orang dewasa muda berkembang sebagai seorang baby
“sangat berkembang” hebat, sehingga pembuat film terus menerus dipengaruhi oleh
audiens muda.
3. Perkembangan
Film/Sinematografi
Di era film bisu (1903 sampai 1917), film cerita
sejarah sangat berkembang. Film hitam putih yang dan masih bisu, tetapi ini
tidak membatasi mereka berkreasi dan menghentikan untuk menceritakan sejarah.
Justru membuat penonton mempergunakan imajinasi mereka. Musik di film dahulu
ditampilkan oleh organist, yang bermain musik untuk mengarang lagu yang sesuai
dengan komposisinya. Film-film sering meminjam atau alur cerita diadaptasikan
dari novel.
Kebanyakan usaha-usaha awal pembuatan film membuat
film cerita bergambar. Edison memikirkan bahwa orang-orang butuh gambar untuk
mendengar rekaman suara. Asisten Edison yaitu Thomas Dickson mengadakan
percobaan dengan film bersuara sebelum tahun 1895. Kebanyakan sistem sebelumnya
menggantungkan player rekaman dikoordinasikan dengan film. Studio-studio
tersebut pada awalnya enggan menginvestasikan ke dalam teknologi suara,
sebagaimana film yang diproduksi di rumah-rumah. Studio kecil, Warner
bersaudara, membuat komitmen untuk mengembangkan teknologi suara dan mendapat
bantuan AT & TIS Western Eleectric Company. Mereka berhasil menciptakan
film cerita pendek yang disebut The Vitaphone Preludes. Film-film “Utaphone”
ke-4 mampu malampaui ketenaran “The Jazz Singer” pada tahun 1927.
Masa krisis aktor dan studio-studio digunakan untuk
pembuatan film-film bisu yang ada ke dalam musik klasik Singing In The Rain
(1952). Meskipun penonton merasa senang terhadap potensi-potensi baru film yang
bersuara dan musik, beberapa artis belum terbiasa. Mereka merasa akting kurang
mendapat penekanan. Saat kualitas vokal aktor mendapat kritikan. Tiba studio-studio
terampil menggunakan pengaruh suara dan musik. Beberapa aktor dan aktris,
seperti Suitney Greta Garbo, membuat transisi vokal.
Menurut survey, kebanyakan orang pergi ke Bioskop
paling sedikit setiap minggu (sekali seminggu), kadang-kadang lebih. Setiap
minggu mereka mendapatkan informasi dari warta berita, seperti berita-berita
Fox’s Movietone News dan March of Time, yang menyediakan informasi tentang
hiburan di dunia. Mereka menanti dari minggu ke minggu untuk menyaksikan apa
yang akan terjadi pada Flash Gordon berikut atau serial pahlawan-pahlawan yang
dimainkan sebelum film utama.
Kehadiran bioskop menghasilkan banyak uang, bioskop
(gambar hidup) menjadi bisnis yang menguntungkan, depresi yang besar mematikan
produser-produser kecil dan hampir 5000 bioskop teater. Secara aktual
ketidakberuntungan memperkuat situasi ekonomi dan mengontrol beberapa studio
besar, dan keputusan kebijakan produksi ada ditangan para eksekutif studio.
Tahun 1930, muncul pula organisasi studio yang agak
bagus, munculnya 5 studio utama. Paramount, Locw’s / MGM, Warner Brother’s, Fox
dan RKO. Studio-studio ini milik para eksekutif itu sendiri, mereka
mendistribusikan pada bioskop teater, mengontrol produksi, distribusi dan
pameran memungkinkan studio-studio yakin bahwa gambar hidup didistribusikan dan
dimainkan secara luas, tetapi bentuk dikonstitusikan pada integrasi vertikal
yang pada akhirnya menggambarkan perhatian bagi federal regulators concerned
tentang kekuatan konsentrasi di studio-studio.
Hingga akhirnya sampai sekarang bermunculan
film-film dengan genre yang beragam mulai drama, action, horor, komedi, dan
yang lainnya. Selain itu muncul juga “trend-center” di bidang perfilm-an
seperti Hollywood, Bollywood, Film eropa (inggris dan Perancis), Asia, dll.
Masing-masing pusat memiliki gaya dan ciri masing-masing. Jika dahulu kita
begantung hanya di bioskop jika ingin menikmati film dengan layar lebar, maka
kini telah tercipta “home-teather” yang memungkinkan kita untuk dapat
menikmatinya di rumah. Alat-alat canggih-pun telah ditemukan dan diciptakan
guna mengakomodasi perkembangan media audio visual ini.
REFERENSI
Boggs,
Joseph M. 1986. The Art of Watching Film.
Mangunhardjana,
A Mardija. 1976. Mengenal Film. Yogyakarta: Kanisius
Romli,
Asep Syamsul M. 2004. Broadcast Journalism. Bandung: Nuansa.
Smaldino,
Sharon E. ..(et al). 2005. Instructional Technology and Media for Learning
(8th ed). New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall
Subroto,
Darwanto Sastro. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press
Thinktep,
2008, Media Audio Visual Sejarah dan Perkembangannya https://thinktep.wordpress.com/2008/11/11/media-audiovisual/
No comments:
Post a Comment